27 Mar 2008

Bondowoso: Pesona di Bibir Kawah Ijen



Nganga kawah gunung berapi tak semuanya mengerikan. Justru sebaliknya, rasa takjub dan decak kagum tak ada habisnya saat memandangi panorama Kawah Ijen. Cocok dijadikan tujuan pendakian untuk keluarga.

Kira-kira ada limaratus buah gunung berapi tersebar di kepulauan Indonesia, sekitar tiga ratus di antaranya masih tergolong aktif. Keberadaan gunung-gunung berapi tersebut kerap dijadikan obyek untuk pendakian. Bahkan beberapa di antaranya malah dikembangkan menjadi kawasan konservasi dan taman wisata. Kawah Ijen adalah salah satunya.

Sejak tahun 1981, taman konservasi Ijen dibuka sebagai kawasan wisata di bawah pengelola taman nasional Alas Purwo. Fasilitas pendukung seperti jalan menuju lokasi, camping ground, penginapan serta pondok wisata sudah tersedia sangat memadai di Paltuding.

Sebagai langkah awal untuk mencapai kawah itu, kita bisa menuju kota Bondowoso. Kemudian dilanjutkan menuju desa Sempol, melewati desa Wonosari dengan jarak tempuh 78 km. Angkutan pedesaan umumnya berhenti sampai di sini. Dari Sempol, dengan mencarter kendaraan umum atau ojek menuju ke pos Paltuding sekitar 15 km jauhnya.

Melewati Gerojogan
Di sepanjang jalan aspal mulus dari Wonosari ke Paltuding diwarnai oleh perkebunan kopi. Kopi di sini terkenal nikmat dan berkualitas ekspor. Beberapa kilometer menjelang Paltuding, terdapat air terjun Banyupahit yang berwarna hijau bening dan pekat. Air terjun atau gerojogan yang berundak-undak dan berada di antara rumput ilalang dan pohon cemara ini berasal dari air kawah yang dibendung dan sebagian airnya di alirkan ke lereng membentuk sungai Banyupahit.

Paltuding merupakan pos terakhir sebelum melakukan pendakian ke kawah Ijen. Di lokasi ini tersedia area parkir, kita juga bisa beristirahat dan bermalam di pondok wisata, penginapan atau camping di area yang disediakan. Pendakian selanjutnya menuju kawah Ijen sejauh 3 km atau sekitar 2 jam dapat dilakukan dengan jalan santai.

Hal menarik yang sekaligus menjadi ciri khas wisata Kawah Ijen adalah kehidupan para penambang belerang. Aktivitas mereka sehari-hari menjadi pemandangan unik yang tak bisa dijumpai di lain tempat.

Edelweis Kuning
Pendakian awal dari Paltuding dipenuhi dengan trek menanjak dengan kemiringan 30 sampai 40 derajad. Di tengah perjalanan terdapat Pondok Irigasi Kawah Ijen, yang lebih dikenal dengan Pos Bunder. Di sebelahnya adalah pos penimbangan belerang. Di sini juga terdapat pondok dari kayu, tempat untuk istirahat para penambang, bahkan untuk bermalam.

Setelah Pos Bunder, trek pendakian mulai landai menyisir lereng pegunungan. Tak lama kemudian terlihat bibir kawah yang memutih dengan bilur-bilur koral menuju ke dasar kawah. Pemandangan luar biasa tersingkap di depan mata.

Kemilau hijau air kawah seluas kira-kira 54 hektar dan berdiameter sepanjang 911 meter dan 600 meter yang menyerupai danau itu selalu mengepulkan asap belerang yang berbau menyengat. Di sisi lain panorama lereng-lereng gunung yang menghijau tak kalah menariknya. Belum lagi pada bulan Agustus dan September kawasan pegunungan Ijen dan Merapi Ungup-ungup yang terletak di debelahnya, dipenuhi bunga edelweis jenis kuning dan putih yang sedang mekar.

Taman konservasi Kawah Ijen yang berada di ketinggian 2.386 meter di atas permukaan air laut ini memang cocok sekali untuk kegiatan treking bahkan untuk keluarga, mengingat lokasinya yang mudah di jangkau dan pesona alamnya yang tak ada duannya. Jadi persiapkan diri Anda dan atur jadwal liburan berikutnya menuju Kawah Ijen. (Senior/GM Hadi Prasetyawan)

Tidak ada komentar: