27 Mar 2008

Bogor: Berlibur di Lembah Ciliwung

Ciliwung bukan hanya sungai kumuh yang membelah kota Jakarta. Di bagian hulu, airnya yang jernih menjadi hiasan sebuah penginapan.

GG House Ð Happy Valley adalah sebuah penginapan mungil di Gadog, Bogor: Letaknya tak lebih dari 5 kilometer dari Gerbang tol Ciawi. Selain dekat
Ciliwung bukan hanya sungai kumuh yang membelah kota Jakarta. Di bagian hulu, airnya yang jernih menjadi hiasan sebuah penginapan.

GG House Ð Happy Valley adalah sebuah penginapan mungil di Gadog, Bogor: Letaknya tak lebih dari 5 kilometer dari Gerbang tol Ciawi. Selain dekat, penginapan itu juga menawarkan panorama pedesaan dengan latar belakang Gunung Salak. Alami, teduh, menyegarkan dan bersahabat.

Itulah suasana yang langsung menyergap perasaan bila kita memasuki kawasan penginapan yang bersuhu antara 20 hingga 30 derajat celsius itu.

Ketika Senior berkunjung kesana, suasana asri yang dilatarbelakangi gemuruhnya air sungai Ciliwung telah terdengar dari kejauhan. Kompleks penginapan itu terdiri dari sebuah bangunan induk dengan 13 ruangan kamar tidur.

Lalu di seberang bangunan induk, terdapat sebuah bangunan lagi dengan 3 kamar tidur. Saat berjalan menuju bangunan kedua, kita akan melewati jalan setapak yang di kiri kanannya ditumbuhi tanaman obat. Ada daun sirih, pakis, cocor bebek, kenanga, ketepeng, mahkota dewa dan masih banyak lagi.

Di sana juga terdapat sebuah kolam renang yang terletak persis di tepi sungai. Sementara sejauh mata memandang dari depan teras kamar, terlihat bentangan Gunung Salak yang menjulang tinggi.

Program Tracking

GG House menempati tanah seluas 3800 meter persegi. Lokasi itu dapat dicapai selama 90 menit dari Jakarta. Selain kamar beserta fasilitasnya, penginapan itu juga menjual berbagai program dengan konsep back to nature.

Program city tour misalnya, diselenggarakan dengan mengunjungi Kebun Raya Bogor, Taman Nasional Cibodas, atau menyambangi pembuatan gong di daerah Tegong, Bogor.

Selain itu, kita juga bisa mengikuti program tracking di kampung Gadog, Lelet dan Sukabirus. Dengan jarak 6 km hingga 10 km dan waktu tempuh sekitar 1 hingga 3 jam yang biasanya dilakukan pada pukul 08.00-11.00, perjalan dimulai dengan menyambangi keramba ikan mas.

Di tempat itu kita bisa membeli ikan. Setelah memilih ikan yang kita sukai, kita bisa bermain air di aliran sungai menyatu bersama sejumlah ayah dan anaknya yang sedang mandi di atau ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian.

Lepas dari gemericik air, kita diajak melewati perkampungan dengan berbagai aktivitas penduduknya. Mulai kilometer pertama kita akan melihat pembibitan padi, menjumpai orang yang sedang menjajakan dagangan kelontongnya, melihat petani yang sedang membajak sawah, hingga petani-petani yang menuai padi.

Puas melewati hijaunya persawahan, kita diajak berjalan terus melewati ladang yang cukup luas dengan tanaman singkong dan ubi, kembali menyusuri pematang sawah, lalu menyeberangi sungai yang cukup deras alirannya itu.

Ketika sampai di di sebuah jembatan gantung, tanpa kita sadari, acara tracking mengitari perkampungan selesai. Penginapan tempat kita memulai acara tadi ternyata sudah berada di seberang jembatan lagi.

Rangkaian perjalanan di atas, biasanya memang sangat diminati oleh pengunjung dari Jerman, Belanda dan Swiss yang sering singgah ke penginapan itu. Sambil berjalan-jalan, tak jarang mereka juga melakukan serangkaian aksi sosial.

Biasanya, mereka membagi-bagikan alat tulis, pakaian layak pakai, dan bahkan makanan dari negeri asal mereka seperti coklat dan kembang gula kepada penduduk setempat.

Teh Ketepeng

Puas mengeluarkan keringat, kita bisa langsung menikmati hidangan minuman daun sirih yang rasanya semriwing. Minuman seperti itu kata Agus, seorang staf GG House, memang kerap disuguhkan pada para pengunjung GG House.

"Air daun sirih selain untuk antibiotik juga baik untuk mengatasi bau badan," ujar Agus menerangkan.

Cara membuat minuman itu menurut Agus, daun sirih 10 lembar direbus dengan air hingga tersisa 2 gelas lalu disajikan begitu saja. Selain minuman daun sirih, ada pula minuman daun kenanga yang disajikan seperti minuman teh.

"Dari sekian pengunjung, ibu Sarwono Kusumaatmadja yang kerap mempraktekkan daun kenanga di sini untuk minuman. Resepnya bunga kenanga 3 buah dimasukkan ke dalam air mendidih 1 gelas. Diamkan setelah dingin baru diminum," ungkap Agus lagi.

Menurutnya masih banyak lagi tanaman obat di tempat itu yang bisa dipakai untuk pengobatan, seperti daun ketepeng untuk penyakit kulit atau daun jambu biji untuk penyakit diare.

Ada pun untuk makan, menu yang ditawarkakn GG House tak menyimpang jauh dari kebiasaan masyarakat Sunda. Ada ikan segar, sayur asem, sop, lalapan beserta sambal trasinya. Sedap.(Senior/Hendra Priantono)

1 komentar:

Ceritanya Yuyun mengatakan...

wah boleh tau nih no telp penginapannya??
Thanks
Yuyun